Langsung ke konten utama

Tanyakan pada Bintang!



Hari makin kalam, sang surya itu beristirahat dalam peraduannya, cahayanya dihambat oleh awan gelap yang bergumpal-gumpal. Malam itu, Bintang penuh dengan ketakutan karena kilat yang semakin sering menyambar-nyambar dan hujan yang amat deras itu.

"Amak (ibu), mengapa hujan diluar deras sekali?" tanya Bintang dengan ketakutan yang tak menentu.
"Itu tandanya angkasa marah dengan kita, mereka tak mau bersahabat dengan kita yang selalu merusak keelokan lingkungan, tetapi jangan kau khawatir! Tuhan senantiasa menjaga hambaNya dalam setiap takut yang tak menentu!" ucap ibunya sambil mencium kening Bintang.
"Awak (saya) takut abah (ayah) kena sial, awak takut abah celaka diluar sana!" kekhawatiran Bintang makin menjadi-jadi.
"Tuhan senantiasa akan menjaga abah," ucap ibunya sambil memeluk erat Bintang.

Hujan awet orang bilang. Sehari penuh dari malam sampai pagi, awan masih menangis. Bumi tampak masih redup jika dilihat. Ia memandang foto keluarganya yang harmonis itu. Benar kata orang, setiap keluarga pasti memiliki konflik yang mengerikan sehingga tidak asing jika orang tua bercerai bahkan meminta hak asuh anak. Itulah keluarganya saat ini, orang tuanya bercerai, tetapi Bintang tiada tahu akan kebenaran itu. Ia percaya bahwa ayahnya sedang kena sial (maksudnya kena sial yaitu pekerjaan sangat menumpuk, kena banjir, ataupun kendaraan mogok) maka itu ia jarang pulang ke rumah. Kasih sayang dari seorang anak itu kepada orang tunya tak terhitung dalam numerik dan tak dapat dicari dengan rumus, tapi hanya bisa dirasakan dengan keterbukaan hati.

Di pagi hari itu, ia merasa sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Ciuman dari kedua orang tuanya, sekarang tinggal ibunya yang setia menemani Bintang di setiap waktu. 

"Meskipun abahmu tiada pulang semalaman itu, jangan cemberutkan wajah kau yang elok itu, Bintangku! Melihat wajah kau ini terasa seperti menanggung dosa berat sebagai amakmu (ibumu)," ucap ibunya dengan memeluk erat anaknya.
"Jangan khawatir ibuku, kemarin malam tidurku tiada pulas, mimpi buruk menyerangku sampai penghabisan air mata," jelas Bintang kepada ibunya.
"Apa yang kau mimpikan, anakku? Sudahkah kau berdoa kepada Tuhan mu?"
"Hm, tanyakan saja padaku nanti. Sepertinya awak harus bergegas ke sekolah sekarang," jawab Bintang sambil memeluk ibunya.

Bintang mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Ia aktif dalam bertanya dan menjawab di kelas, berbudi baik, selalu membantu kawan-kawannya dalam pelajaran, dan kelakuannya yang sopan terhadap guru. Bintang juga tiada pernah memamerkan harta orang tuanya yang dibilang cukup banyak. Ayahnya merantau ke kota sebagi seorang pekerja di pertambangan minyak dan ibunya seorang bidan di tanah Riau itu. Hatinya rendah nampak benar-benar bahwa ia tiada pernah meninggikan hati. Ia disukai oleh semua guru dan kawan-kawannya, ibarat tiada jalan bagi mereka untuk menaruh benci.

Di sekolah itupun, ia menemui seorang laki-laki yang nampak kesepian, Surya namanya. Bintang berdiri persis di sebelah Surya sambil menatap lautan biru di angkasa.
"Ada maksud apa kau disini?" tanya Surya.
"Punya hak apa kau bertanya tentang keberadaan aden (aku)? Apakah melanggar hukum?" jawab Bintang yang tak mau kalah cakap.
 "Kesepian? atau..?" 
"Melihat eloknya lautan biru itu seperti mengukir kembali kenangan romantis keluarga awak," potong Bintang saat Surya bertanya. "Betapa mesranya awan dan mentari saling berdampingan, dan dengan sombongnya mereka menampakan diri di lautan biru agar dilihat banyak orang." lanjut ucap Bintang.

Surya mendengar ucapan Bintang yang menyayat hatinya, ia kaget begitu menguasainya Bintang tentang hal itu. Surya pun hampir sama dengan Bintang, keadaan keluarganya hampir persis tetapi keadaan keluarganya mengubah Surya menjadi anak yang hampir tiada punya pendirian.

"Mengapa kau mau bercakap dengan aden (aku)?"
"Apa salahnya berbagi cerita dengan kawan seperjuangan?"
"Kau menganggap den (aku) kawan kau? Yang benar saja?!" ucap Surya dengan kaget, "seumur hidup awak tiada pernah berkawan dengan ratu perasa (wanita)!" lanjut Surya lagi.
“Maka awak akan menjadi kawan kau, akan baik jika kita sering bartukar cerita dengan sesama nasib,” ucap Bintang sambil menepuk bahu Surya.

Itulah awal ikatan persahabatan antara Bintang dan Surya. Saling mendukung adalah prinsip mereka dalam berkawan. Tali persahabatan yang romantis itu nampak nyata saat mereka saling bertukar cerita. Saat mereka itu tengah berjalan pulang usai sekolah, Surya menjaga benar-benar diri kawannya. Kalau mereka ingin menyeberang jalan, tiada lupa ia membimbing tangan Bintang, supaya tidak celaka.
“Tengok benar-benar samping kanan kiri kau, agar jika menyeberang kau tak kena celaka!” Surya selalu mengingatkan hal itu kepada kawannya, ibarat alarm yang selalu menyala jika Bintang tak mematuhi aturan tersebut. Awan kembali gelap dan hujan kembali dicurahkan lebatnya. “Sekarang baiklah kita pulang ke rumah kau, awan akan menangis dengan derasnya,” ucap Surya sambil menarik tangan Bintang.

“Siapo yang kau bawa ini, Bintang? Kawan kau? Tanya ibunya heran
“Ini kawan ku, Mak. Surya namanya.”
“Malam bundo, awak disini menemani Bintang dalam menyeberang jalan,” ucap Surya dengan menyengir.
Mereka pun tertawa bersama, lelucon Surya berhasil meluluhkan hati Bintang. Mereka sudah seperti saudara kandung, adik dan akang rupanya. Mereka makan malam bersama di rumah desa yang sederhana, kebersamaan mereka jauh lebih elok jika dibandingkan dengan bentuk rumahnya.

“Ini santapan sederhana ala amaknya Bintang, moga-moga kau puas menyantap ini,” ucap ibunya Bintang sambil mengambilkan Surya makanan.
“Ah, Bundo! rasa lapar tak perlu kenal selera makanan, langsung santap!” jawabnya semangat.
Melihat Surya, ibunya mengingat suaminya yang dulu selalu ada untuk menghibur hatinya saat masih muda. Persis seperti Surya dan Bintang saat ini. Sejak remaja, keduanya telah diikat tali persahabatan, lalu hubungan itu makin kukuh karena diantara mereka timbul kasih sayang yang menyatukan mereka. Tetapi hubungan mereka pun makin renggang akibat konflik yang mengerikan usai dikaruniai anak.

“Keluarga kita kurang lengkap, kurang abah!” keluh Bintang saat makan.
“Ada Surya yang menggantikan abah kau,” ucap ibunya sambil mengelus rambut Bintang.

Seusai makan malam, Surya berkehendak untuk pulang ke rumahnya. Tetapi malam itu, hujan belum berhenti benar-benar, ia nekat, lekaslah ia membuka payungnya dan berlari secepat kilat. Di perjalanan, ia melihat seorang lelaki yang berteduh dengan seorang wanita lain di sebuah warung, mirip dengan ayahnya Bintang. Ia ingat jelas ciri-ciri yang digambarkan oleh ibunya Bintang.

“Permisi, abahnya (ayahnya) Bintang kah?” tanya Surya.
“Anak siapa kau? Berani-beraninya campur tangan dengan keluarga saya!” bentak ayahnya Bintang. “Lagipula, saya bukan abahnya lagi, ini istri baru saya,” sambil menunjuk istri barunya yang terlihat lebih tua dibandingkan ayahnya Bintang.
“Bintang mencari kau, kasih sayangnya kepada kau tak terhitung jumlahnya, lalu kau tega membuang Bintang?" bentak Surya dengan emosi.
"Dasar laki-laki tak sopan! Kalau kau anakku, kutampar kau! Bintang bukan anak kandung saya!" jelas sekali kata-kata itu menusuk Surya, bagaimana nasib kawannya itu jika mendengar ini semua?

Keesokan harinya, Surya sudah bersiap diri di depan halaman rumah Bintang untuk pergi ke sekolah bersama. Wajah riang dan pancaran sinar dari matanya begitu meluluhkan hati bagi orang yang melihatnya, tiada seorang pun yang tega membuat si periang itu meredupkan sinarnya kecuali abahnya itu. Mengingat  hal itu, Surya menemui ibunya Bintang nanti seusai sekolah.
"Memangnya abah kau kemana?" tanya Surya kepada Bintang
"Abahku merantau ke kota untuk bekerja, kalau kau?" 
"Awak tinggal bersama iniok (nenek) abah dan amak awak juga merantau ke kota," jelas Surya.
"Senasib benar kita ini, Sur.." canda Bintang dengan tertawa
Melihat tawa itu, semakin tidak tega Surya untuk memberitahu ayahnya sekarang.

"Yuk, lekas pulang, kemaslah barang-barang kau!" ajak Bintang
"Kali ini, awak antar kau pakai sepeda sajalah, butut tapi masih bisa dikendarai," ucap Surya sambil menyengir.
Sesampainya mereka di rumahnya Bintang, ibunya langsung menyuruh Bintang untuk tidur siang. Masuklah ia ke kamar dan menutup pintu kamarnya. Tepat di ruang tamu, Surya dan ibunya berbincang serius tentang hal kemarin.

"Bundo, abahnya Bintang berkata bahwa Bintang bukan anak asli abah? Benarkah ia?" tanya Surya.
"Benar kau, dulu saya dinikahkan oleh seorang lelaki oleh abah dan amak saya, setelah kami menikah, awak hamil, dan saat melahirkan Bintang, ia meninggal. Semenjak itu, awak menikah lagi dengan ia, dan ia tidak mo menerima kehadiran Bintang sebagai peranakan hasil mantan suami awak. Dia pun pernah menyebut awak pelacur" jelas ibunya Bintang.

Tanpa sengaja, Bintang mendengar pembicaraan mereka, gadis itu terkejut serta memandangi mereka dan berkata "jadi awak bukan anak abah?" air mata bercucuran dengan derasnya, sinarnya redup, tiada lagi cahaya kebahagiaan. Pucatlah mukanya, kalau tiada Surya yang menggangkatnya, ia sudah terbentuk lantai karena ia pingsan. Tubuhnya tiada bedanya dengan mayat, hanya hembusan nafas kecil yang menjadi tanda bahwa ia masih hidup.

Anak gadis itu membuka kelopak matanya yang pucat itu, dilihatnya ibunya menangis dan kawannya yang setia menemani Bintang. "Mengapa kau tega seperti itu, Mak? Awak ini anakmu," ucap Bintang sambil menahan air matanya. "Amak tiada tega melihat anaknya bersedih memikirkan abahmu.." ucap ibunya sambil mencium kening Bintang berkali-kali. "Janganlah kau khawatir, ada kawanmu disini," ucap Surya sambil memeluk Bintang.

Semenjak hari itu, Bintang tergolong anak yang pendiam bahkan ia tak seaktif dulu di sekolah, nilainya menurun tetapi masih tergolong anak pintar. Surya membimbing kawannya itu di setiap waktu, bahkan kawan-kawan juga guru-guru satu sekolahpun bertanya-tanya kepada Surya tentang kondisi Bintang yang memburuk.
"Tanyakan pada Bintang!" jawabnya tegas. "Ia mungkin takkan bisa menjelaskan, tapi mungkin syair ini bisa menggambarkan." Lanjut Surya sambil menunjukkan sebuah kertas berisi syair karya Bintang.

Sesak dan peluh di dada
Sesal dan lelah di hati
dan dendam yang semakin menggebu
Emosi berkoar dalam satu jiwa
Larut semua semangat hamba
Hati remuk dan hancur
Kau anggap amak pelacur
Seperti busuk hati kau

"Kau tahu, kau benar aku wanita perasa, mudah menyayangi seseorang, tapi baru kali ini awak menyayangi betul-betul lelaki macam kau, Surya." ucap Bintang sambil memeluk kawannya itu. Tanyalah pada Bintang nasibnya saat ini, tanyalah pada Bintang ikatan persahabatan mereka itu. Amak dan abahnya resmi bercerai melalui jalur hukum, tandanya Bintang resmi kehilangan ayahnya. Bintang tidak selalu bersinar di tengah malam, bahkan ia pun sering redup sampai orang bertanya-tanya 'mengapa Bintang di angkasa itu tidak memancarkan sinarnya?'

Seminggu setelah perceraian ibunya dan ayahnya, ibunya Bintang dipanggil Tuhan karena serangan jantung yang menimpanya. Kini Bintang tak punya siapapun, kini dia hanyalah gadis yatim piatu. "Tuhan, mengapa kau berikan hambaMu cobaan seberat ini?" tanya Bintang di depan batu nisan yang cantik milik ibunya itu. Surya memeluknya sebagai seorang sahabat senasib, bahkan layaknya abang dan adik. Ia menjaga betul-betul kawannya itu, "pukul awak jika kelak awak lupa dengan kau, Bintang!" perintah Surya sambil tertawa.

dan, Surya.. sinarnya yang berhasil menusuk hati Bintang dan menjalar ke pikirannya. Mereka saling mempercayai dan saling berkasih-kasihan. Walaupun dalam dunia astronomi, Surya & Bintang tak dapat bersatu tapi di kampung ini, Surya dan Bintang dipersatukan. Bagaimana nasibnya saat ini? Tanyakan pada Bintang!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Membuat Boneka Danbo Kardus

Hallo Teman-teman semuanya..kali ini saya akan memberitahukan " Cara Membuat Boneka Danbo Kardus " Lihat yaaa A.Bahan dan alat ~ Kardus Bekas ~ Gunting Tajam ~ Kater/Silet ~ Lem ~ Penghapus ~ Pensil ~ Penggaris B.Cara Pengerjaannya dan bantuan gambar   1. Ambil kardus yang sudah disediakan 2.Gambarlah bentuk pola tangan,kaki,kepala di kardus atau kertas lain jika belum yakin dengan pensil 3.Setelah menggambar pola bentuk,gunting polanya lalu dilipat pola bentuknya sesuai 2 gambar diatas 4.Setelah jadi semua,jika kalian membuat 2 danbo cewe dan cowo,juga bisa membuat perbedaan laki-laki dan perempuan dengan cara ~ Mewarnai bajunya dengan pensil warna/krayon/cat air/dll ~ atau bisa juga  menempelkan bunga ke danbo perempuan dan ditempelkan di kepala danbo perempuan 5.Setelah semuanya jadi,kalian bisa memainkan danbonya sama teman-teman Sekian dari Blog saya yaaaaa..... :) :) :) ~ TERIMAKASIH ~   ~ Good Bye ~

#StopInsecureMulaiBersyukur

KAMU MENARIK, STOP MELIRIK HIDUP ORANG LAIN P roblematika remaja jaman sekarang adalah minimnya rasa memahami, menerima, dan menyayangi diri sendiri. Apalagi, remaja adalah masa transisi antara sikap kekanak-kanakan menuju sikap pendewasaan, wajar apabila pemikiran remaja terhadap lingkungan sekitar dan diri sendirinya masih ½ matang. Ditambah lagi, biasanya pada usia remaja mulai ada perkembangan fisik dan emosional, serta sering bersentuhan dengan lingkungan sosial di sekitarnya, seperti di sekolah, keluarga, bahkan masyarakat. Remaja biasanya mulai memiliki kecemasan atau kekhawatiran tertentu apabila mereka tidak mampu memenuhi tuntutan sosial yang sebenarnya tidak diwajibkan untuk dipenuhi, misalnya seorang remaja dituntut untuk memiliki bakat agar dapat ditampilkan di acara pentas seni, maka respon yang biasanya dilakukan oleh remaja yang ‘merasa’ tidak memiliki bakat apapun akan minder bahkan tidak percaya diri dengan saingannya. Padahal, kemampuannya bisa diasah jika ia mau, ni

I'm as a teenager of Anti-Bullying

“When someone is cruel or acts like a bully, you don’t stoop to their level. No, our motto is, when they go low, we go high.” -          Michelle Obama I interested with her quotes because this quotes can lift me up and give me a confidence to express myself without fear of bullying. Because there are a lot of teens who being bullied with their friends. Why do people bully others at school? Is that for a popularity? Or, do you want to be cool person by bullying others? You’re not even my God! Only God can judge me! You know, your words can be quite damaging someone, you can ruin their life easily. You even don’t know their life who you judge. I know, maybe you hate someone for a reason, but why bullying? You can finish your problem with them by talking in peace. I know that’s your rights to criticize someone, but that’s a wrong way to criticize someone. So you don’t have bullying someone. Everybody makes mistakes, nobody’s perfect. We are sinners from birth. That’s why we have t